Ayu Komala Sari ^^. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Poster PI ku ^^


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pengukuran Erosi Dibawah Vegetasi Penutup Tanah


1.      PENDAHULUAN
Erosi adalah proses penggerusan lapis tanah permukaan yang disebabkan oleh beberapa hal seperti angin, air, es, atau gravitasi. Air hujan jatuh di atas permukaan tanah akan menumbuk agregat tanah menjadi partikel-partikel tanah yang terlepas. Partikel-partikel tanah yang terlepas ini akan terbawa oleh aliran permukaan.
Pada tanah-tanah berlereng, erosi menjadi persoalan yang serius, dimana kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur lereng yang berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Kemiringan lereng berpengaruh terhadap kecepatan aliran permukaan, sehingga memperbesar daya perusakan air. Jika kecepatan aliran meningkat dua kali, maka jumlah butir-butir tanah yang tersangkut menjadi 32 kali lipat (Arsjad, 1971). Dan bila panjang lereng menjadi dua kali lipat, maka umumnya erosi yang terjadi akan meningkat 1,5 kali (Kohnke dan Bertrand, 1959).
Semakin besar jumlah hujan yang jatuh, maka semakin besar pula jumlah aliran permukaan yang terjadi, yang berarti daya penghanyutan partikel-partikel tanah yang terlepas dan daya gerus terhadap permukaan tanah semakin besar. Ada beberapa cara untuk menangani masalah tersebut, yaitu dengan cara teknik mekanis, cara vegetasi dan cara penggunaan bahan-bahan pemantap tanah (cara kimia). Cara teknis mekanis antara lain dapat dilakukan dengan pembuatan teras, dimana penterasan ini adalah merupakan suatu cara dengan jalan membuat tanggul-tanggul mendatar dan memotong lereng pada jara-jarak tertentu.
Teras ini berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan menahan aliran permukaan. Sehingga mengurangi kecepatan aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah serta mengurangi erosi yang terjadi (Frevert, et al, 1963).
Cara vegetasi merupakan suatu cara dengan menggunakan tanaman. Bentuk dan susunan vegetasi yang terdiri dari tanaman yang tumbuh rendah lebih efektif dari pada tanaman yang tumbuh tinggi. Jumlah atau kerapatan vegetasi akan menentukan persen penutupan tanah oleh tajuk. Vegetasi yang tumbuh tersebar merata dan menutup permukaan tanah dengan baik, dapat memenuhi fungsinya sebagai penutup tanah (Baver, 1961).


2.      TUJUAN
Ø  Menghitung jumlah erosi yang terjadi pada beberapa tipe vegetasi
Ø  Membandingkan jumlah erosi yang terjadi pada beberapa tipe vegetasi
3.      OBYEK PRAKTIKUM
Pengukuran erosi di bawah vegetasi penutup tanah pada berbagai tempat
4.      BAHAN DAN ALAT
Meteran, Cangkul, Ring sampel, dan Pisau lapang
5.      PROSEDUR KERJA
Ø  Menentukan jenis vegetasi penutup tanah: hutan dataran, hutan di lereng, semak belukar, alang-alang atau rumput, dan tanah gundul.
Ø  Mengukur ketebalan tanah top soil pada masing-masing tipe vegetasi termasuk tanah gundul tersebut pada point 1. Catat datanya pada lembar kerja 4
Ø  Mencatat perkiraan kemiringan lereng yang diukur menggunakan alat tipe A dan perkuraan masing-masing luas vegetasi tersebut pada point 1. Catat data pada lembar kerja 4.
Ø  Menghitung selisih ketebalan tanah top soil pada setoiap tipe vegetasi dengan tanah top soil pada lahan hutan yang datar. Catat datanya pada lembar 4. jika ketebalannya tanah top soil pada lahan vegetasi hutan dataran > dari tipe vegetasi lahan yang lain berarti terjadi erosi pada tipe vegetasi lahan lainnya itu, jika angka negatif kemungkinan ada penimbunan hasi erosi.
Ø  Mengambil contoh tanah ring sampel pada tanah lahan vegetasi hutan yang datar untuk penetapan  BV tanah di labiratorium.
Ø  Menghitung tanah yang hilang akibat erosi pada tanah di setiap tipe vegetasi lahan, cara menghitungnya dapat dengan rumus:
Ei = (Xhd – Yi) ´ BV ´ 1 ha
Ei         : Kehilangan tanah akibat erosi pada lahan tipe vegetasi ke-i (ton/ha)
Xhd     : Ketebalan top soil tanah lahan tipe vegetasi hutan dataran (cm)
Yi        : Ketebalan top soil tanah lahan tipe vegetasi ke-i (cm)
BV      : Berat volume (g/cm2)




6.      HASIL
No
Tipe Vegetasi
Kelas kemiringan lereng
Sudut lereng (%)
Tebal top soil hutan datar (cm)
Selisih top soil tipe vegetasi (cm)
Jumlah Erosi (ton/ha)
1
Hutan di datar
3
0
7
0
0
2
Hutan di lereng
3
13.7
6
1

3
Semak belukar
5
16.13
4
3

4
Rumput/alang-alang
3
0.06
6
1

5
Tanah bara/gundul
4
12.09
0
7



7.      PEMBAHASAN
Erosi dapat juga disebut pengikisan atau kelongsoran sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan atau perbuatan manusia. hasilnya yang dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan bahwa lahan dengan vegetasi hutan dataran, padang rumput yang rapat  dan tanah bera/gundul mencerminkan erosi paling rendah bahkan erosi mendekati nol, semak belukar yang jarang jadi indicator intensitas erosi lebih besar dari pada hutan lereng. Pengukuran erosi di bawah vegetasi penutup tanah merukan suatu metode untuk mengetahui kehilangan tanah akibat erosi yang terjadi pada suatu lapisan permukaan tanah yang tertutup oleh vegetasi penutup tanah.
Pada lereng tersebut masih terjadi pengikisan tanah dan tidak terjadipenumpukan betir tanah yan didawa aliran permukaan. Pada semak belukar masih terjadi erosi namun tidak begtu besar karena pada lahan ini masih terdapat vegetasi yang menutupi lahan meskupun belum menutupi lahan sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan tempat pada waktu melakukan pengukuran sehingga kemiringan lerengnya juga berbeda, vegetasi penutup tanahnya, pengaruh curah hujan (iklim), tanah, topografi serta kegiatan atau perlakuan-perlakuan yang dilakukan oleh manusia dari lahan tersebut. Akibat pengaruh-pengaruh tersebut gangguan atau kerusakan tanah akan berlangsung melalui erosi ataupun kelongsoran-kelongsoran tanah, terhanyutnya lapisan-lapisan tanah yang subur (humus) dan lain sebagainya.
Dan pada lahan rumput/alang-alang sama halnya seperti hutan di lereng yaitu erosi yang terjadi sangat kecil karena seluruh permukaan tanah dapat tertutupi oleh alang alang dan akar/rizoma alang-alang dapat menghalangi aliran permukaan tanah. Sedangkan pada lahan hgundul erosi yang terjadi cukup besar karena tidak terdapat vegetasi yang menutupi lahan tersebut.

8.      KESIMPULAN
Ø  Erosi dapat juga disebut pengikisan atau kelongsoran sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin
Ø  Pengukuran erosi di bawah vegetasi penutup tanah merukan suatu metode untuk mengetahui kehilangan tanah akibat erosi yang terjadi pada suatu lapisan permukaan tanah yang tertutup oleh vegetasi penutup tanah.
Ø  Dalam praktikum pengukuran erosi pertama-tama terlebih dahulu menentukan jenis vegetasi penutup tanah yaitu hutan di dataran, hutan di lereng, semak belukar, rumput/alang-alang, dan tanah bera/gambut untuk dihitung seberapa besar erosi di tempat-tempat tersebut dan diperkirakan besar luas tempat tersebut (ha), besar/persen kemiringannya, tebal top soil, selisih top soil.
Ø  Usaha untuk mencegah dan atau mengendalikan erosi ini, hendaknya diperhatikan beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya erosi, seperti antara lain factor iklim, tanah, bentuk wilayah (topografi), vegetasi penutup tanah dan kegiatan manusia.

9.      SARAN
Sebaiknya praktikan melakukan pengukuran dengan teliti dan dapat membedakan lapisan topsoil dan subsoil secara benar sehingga data yang diperoleh akurat


10.  DAFTAR PUSTAKA
A.K. Seta. 1987. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia, Jakarta.

Kartasapoetra, G ., A.G. Kartasapoetrra, dan M.M. Sutedjo. 1987. Teknologi
Konservasi Tanah dan Air. Bina Aksara, Jakarta.

Saleh, B. 2011. Petunjuk Praktikum Ilmu Konservasi Tanah dan Air. Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Seta, A.K. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah dan Air. Jakarta: Kalam Mulia.

Yuwono. 2004. Pengukuran dan Pemetaan Kota. Program studi Teknik Geodasi ITS
Surabaya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Menghitung Indeks Erodibilitas Tanah, K


1.      PENDAHULUAN
Erosi tanah adalah penyingkiran dan pengangkutan bahan dalam bentuk larutan atau suspensi dari tapak semula oleh pelaku berupa air mengalir (aliran limpasan), es bergerak atau angin (tejoyuwono notohadiprawiro, 1998: 74). Menurut G. kartasapoetra, dkk (1991: 35), erosi adalah pengikisan atau kelongsoran yang sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan angin dan air, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan atau perbuatan manusia. Pemindahan atau pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh media alami berupa air dan angina. Misalnya erosi di daerah beriklim basah, factor yang berperan penting adalah air sedangkan angina tidak berarti.
Dua sebab utama terjadinya erosi adalah karena sebab alamiah dan aktivitas manusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena adanya pembentukan tanah dan proses yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Sedangkan erosi karena aktivitas manusia disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah (chay asdak, 1995: 441). Lebih lanjut tentang terjadinya erosi dikemukakan oleh G.R. foster & L.D. meyer, yaitu menjelaskan bahwa erosi akan meliputi proses-proses: detachment atau pelepasan partikel-partikel tanah transportation atau penghanyutan partikel-partikel tanah deposition atau pengendapan partikel-partikel tanah yang telah dihanyutkan (dalam G. kartasapoetra, dkk, 1991: 41).
Erosi adalah pengikisan atau kelongsoran material yang sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin baik yang berlangsung secara alamiah maupun sebagai akibat tindakan atau perbuatan manusia (Kartasapoetra dan Sutedjo,1991).
Erosi alami atau erosi geologi merupakan proses pengikisan yang berjalan lambat dan tidak membahayakan. Kerusakan erosi yang hebat terjadi ketika manusia atau faktor-faktor lain merusak keseimbangan alami dan tanah yang terbuka menjadi mangsa kekuatan perusak hujan, angin dan sinar matahari. Faktor-faktor penyebab erosi yang sangat beragam tersebut menyebabkan prediksi mengenai laju erosi dan sedimentasi yang terjadi di lahan sangat sulit untuk dilaksanakan.
2.      TUJUAN
Ø  Untuk menghitung indeks erodibilitas tanah beberapa sifat tanah dengan rumus K dan nomograf
Ø  Untuk membandingkan nilai indeks erodibilitas tanah dari beberapa tipe tanah.
Ø  Untuk membandingkan hasil perhitungan indeks erodibilitas tanah antara rumus K dan nomograf

3.      OBYEK PRAKTIKUM
Menghitung indeks erodibilitas tanah dan K dengan rumus K dan nomograf
4.      BAHAN DAN ALAT
Data analisis sifat tanah (Tabel 6.2, table 6.3), Nomograf (gambar 6), Kalkulator, Mistar, Kertas double folio, dan alat tulis.

5.      PROSEDUR KERJA
Menghitung indeks erodibilitas tanah dengan rumus K
Ø  Dengan menggunakan data dari table 6.1, hitung indeks tekstur tanah (M) dan memasukkan datanya ke kolom 2 pada lembar kerja 6.
Ø  Pindakan data kadar bahan organic, kelas struktut, kelas permeabilitas pada table 6.2 berturut-turut ke dalam kolom 3, 4, 5 di lembar kerja 6.
Ø  Dengan menggunakan rumus persamaan k dan data di dalam lembar kerja 6, hitung indeks K dan masukkan datanya ke dalam kolom 7 pada lembar kerja 6.
Menghitung indeks erodibilitas tanah dengan menggunakan nomograf (gambar 6.1) dan data hasil analisis sifat-sifat tanah (table 6.1 dan table 6.2).
Ø  Gunakan gamber 6.2 dan data pada table 6.1 dan table 6.2, lalu tentukan letak titik kadar debu + pasir sangat halus (0,00 – 0,1 mm) di sumbu tegak sebelah kiri dari gambar 6.1.
Ø  Tarik garis mendatar ka kanan dari titik pada point 1 di atas hingga memotong kurva kadar pasir.
Ø  Dari titik perpotongan bahan organic tarik garis datar ke kanan hingga memotong kurva struktur.


6.      HASIL
No
Indeks tekstur
(M)
Kadar BO
(%)
Kelas
Struktur
Kelas
Permeabilitas
K
Rumus
Nomograf
1
2
3
4
5
6
7
1
3200
3,5
3
3
0,45
0,209
2
3375
3,0
3
3
0,44
0,231
3
1700
2,5
2
2
0,21
0,071
4
1200
2,0
2
2
0,11
0,042
5
1200
4,5
2
2
0,11
0,050
6
900
4,0
2
3
0,16
0,038
7
750
4,5
4
4
0,21
0.119
8
400
5,0
4
4
0,18
0,103
9
300
4,5
4
4
0,5
0,100
10
700
4,0
4
4
0,17
0,117

7.      PEMBAHASAN
Dari praktikum ini diperlukan ketelitian yang sangat tinggi dalam pengamatan untuk kertas nomograf agar tercapai nilai yang minimal mendekati dari nilai yang tertera pada hasil perhitungan. Namun, dalam penggunaannya peneliti lebih mengacu pada kertas nomograf karena dianggap lebih simple dari pada dengan menggunakan perhitungan. Metode perhitungan dengan menggunakan rumus hanya dijadikan sebagai acuan saja.
Hal ini disebabkan karena kurang telitinya praktikan dalam pengamatan terhadap kertas nomograf, sehingga nilai yang tertinggi tidak sama dengan nilai tertinggi pada perhitungan dengan menggunakan rumus, namun demikian pada pengamatan kertas nomograf ke dua itu juga merupakan nilai yang tinggi karena hanya berbeda 0,01 poin pengamatan pada kertas nomograf pertama. Dapat kita lihat pada data terendah dari hasil praktikan lakukan, dapat dikatakan bahwa indeks erodibilitas tanah yang terendah terletak pada tempat yang sama, yaitu pada posisi perhitungan dan pengamatan ke enam. Sedangkan untuk yang indeks erodibilitas yang tertinggi, terletak pada daerah yang sedikit berbeda, yaitu jika pada pengamatan nomograf terletak pada posisi pengamatan pertaman sedang pada perhitungan indeks erodibilitas tanah terdapat pada posisi kedua. Dari data tersebut dapat praktikan simpulkan bahwa meskipun sedikit berbeda, tapi antara penggunaan kertas nomograf dan dengan menggunaan perhitungan rumus bias dikatakan mendekati sama, tergantung pada ketelitian peneliti itu sendiri khususnya dalam penerapan indeks erodibilitas tanah terutama dengan menggunakan kertas nomograf
            Nilai permeabilitas menunjukkan kemampua tanah untuk melewatkan atau meresap air yang jatuh ke permukaan tanah. Jika tanah mampu menyerap air, maka tidak terjadi aliran permukaan yang dapat menyebabkan erosi, atau paling tidak dapat menekan laju erosi hingga kandungan tanah menjadi lebih jenuh. Jika diperhatikan lebih lanjut, terdapat tanah lain yang memiliki tekstur tanah yang lebih halus, yaitu kategori granular halus. Logikanya, semakin halus partikel tanah, maka kemampuannya untuk terkena erosi semakin besar. Akan tetapi setelah dilakukan perhitungan dengan kedua metode, nilai indeks erodibilitasnya masih kecil dibanding nilai sebelumnya yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena nilai laju permeabilitasnya yang lebih besar.

8.      KESIMPULAN
Ø  Perhitungan Indeks erodibilitas tanah dengan menggunakan metode kertas nomograf dan perhitungan K memiliki nilai yang mendekati sama.
Ø  Nilai erodibilitas tanah dari berbagai sifat tanah berbeda
Ø  Indeks erodibilitas tanah (K) merupakan besaran tanpa satuan dan merupakan ukuran yang menggambarkan besarnya kepekaan tanah terhadap erosi
Ø  Semakin besar kepekaan tanah terhadap erosi semakin besar nilai indeks erodibilitas tanah, sebaliknya semakin kecil indeks faktor erodibilitas tanah semakin kecil kepekaan tanah terhadap erosi atau semakin tahan tanah terhadap erosi semakin kecil
Ø  Faktor dominan sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi
Ø  Kepekaan tanah terhadap erosi ditentukkan oleh : tekstur, struktur, kadar bahan organik, dan permeabilitas

9.      SARAN
Untuk acara 6 ini yaitu acara Menghitung indeks erosivitas  tanah semestinya coass lebih menjelaskan lebih detail sehingga kami mahasiswa dapat lebih memahami bagaimana cara menghitung indeks erosivitas curah hujan yang benar.

10.  DAFTAR PUSTAKA
tanah.html. di unduh pada 27 Nov 2012
Bahtiar, Dian. 2008. Kajian Erodibilitas Tanah di Kecamatan Pakem Kabupaten
Bondowoso. http://library@library.unej.ac.id. di unduh pada 27 Nov 2012
Irmansyah, T. 2008. Hubungan Antara Fraksi-Fraksi Besi, Aluminium Dan Silikat
Dengan Erodibilitas Tanah Dan Erosi Pada Lahan Kering. http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=com_journals&id=19&type=19&task=hsub. di unduh pada 27 Nov 2012
Lifah, Muntho. 2006. Karakteristik Sifat Fisik dan Indeks Erodibilitas Tanah di
Bawah Beragam Tegakan di Kawasan Hutan Lindung Bukit Daun. http://www.bdpunib.org. di unduh pada 27 Nov 2012
Miswaryanti, Lutfia. 2008. Kajian Erosivitas Hujan Bulanan dan Hubungannya
            dengan Aliran Permukaan serta Erosi di Laboratorium Lapangan Konservasi
Tanah Universitas Jember. http://library@library.unej.ac.id. di unduh pada 27
Nov 2012

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS