BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Cuaca dan
iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam, sehingga segala kegiatan
dipermukaan bumi tidak lepas dari pengaruh cuaca dan iklim. Ada 3 komponen yang
saling pengaruh-mempengaruhi yaitu soil, plant, atmosphere
(tanah-tumbuhan-atmosfir). Dalam dunia pertanian sasaran utamanya adalah
mengelola tanaman beserta faktor lingkungannya untuk mendapatkan hasil yang
baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Salah satu
unsur cuaca seperti angin, dapat juga mempengaruhi hasil dari pertanian itu
sendiri. Angin sangat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan dari tanaman
tersebut, karena angin bisa membantu proses perkembangbiakan tanaman-tanaman
pertanian. Angin sangat berpengaruh pada curah hujan suatu daerah, karena yang
menentukan dimana hujan turun adalah angin yang menghembuskan awan mendung ke
suatu daerah.
Awan adalah kumpulan titik-titik air dan atau es yang melayang-layang di
atmosfer sebagai hasil proses kondensasi yang terdapat pada ketinggian tertentu
yang disebabkan karena naiknya udara secara vertikal karena proses pendinginan
udara secara adiabatik di atmosfer. Awan bersifat mengabsorsi dan merefleksikan
radisi surya dan radiasi dari bumi dapat memanaskan atau mendinginkan
suhuudara. Bentuk awan dengan kharateristiknya juga mencerminkan potensi hujan
disuatu daerah di permukaan bumi.
Dalam proses pembentukan awan tidak
terlepas dari proses kondensasi yaitu perubahan dari uap air menjadi
butir-butir atau es, dan kondensasi ini terjadi karena pendinginan udara. Jika
udara mengalami pendinginan maka kapasitasnya untuk menampung uap air menurun
dan paada suatu titik penurunan suhu udara ini menyebabkan udara kenyang atau
jenuh (RH = 100%). Suhu pada saat kenyang disebut suhu titik embun.
Jika suhu udara turun hingga di bawah
titik embun maka udara tidak mampu menampung uap air keluar sebagai titik air
dan atau es.Jadi pengembunan sangat ditentukan oleh RH dan suhu. Jika RH tinggi
diperlukan sedikit penurunan suhu hingga terjadi penurunan suhu hingga terjadi
pengembunan, sebaliknya RH rendah diperlukan banyak penurunan suhu udara untuk
terjadinya pengembunan.
1.2 Tujuan
Ø Memberikan pengertian tentang pergerakan
massa udara pada berbagai tempat.
Ø Untuk mengetahui macam-macam bentuk awan
Ø Untuk memberikan pengertian tentang
kemungkinan terjadinyahujan dengan melihat kondisin cuaca beberapa waktu
sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Angin
merupakan suatu vektor yang mempunyai besaran dan arah. Besaran yang dimaksud
adalah kecepatannya sedang arahnya adalah darimana datangnya angin. Kecepatan
angin dapat dihitung dari jelajah angin (cup counter anemometer) dibagi waktu
(lamanya periode pengukuran). Mengukur arah angin haruslah ada angin atau cup‑counter
anemometer dalam keadaan bergerak.
(Anonim, 2010).
Arah
angin biasa dinyatakan dengan arah dari mana angin tersebut datang, sedangkan
kecepatan angin biasanya dinyatakan dalam satuan meter/detik, km/jam dan
mil/jam. Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin disebut Anemometer.
Ada beberapa jenis anemometer : Anemometer mangkuk (cup anemometer), anemometer
baling-baling (propeler anemometer) anemometer arus konstan (constan current
anemometer). Namun yang umum digunakan adalah anemometer mangkuk. Kecepatan
angin di alam biasanya dapat dikenali dengan tanda-tanda yang diakibatkan oleh
tiupan angin tersebut (Soemeinaboedhy, 2006).
Udara
selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air,
maka terbentuklah awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara:
-
Apabila udara panas, lebih banyak uap
terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyejat. Udara panas yang
sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu
yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul
titik air yang tak terhingga banyaknya.
-
Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan
atmosfir lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin tepu dengan uap air.
Apabila
awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan
awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi
menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu akan
terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan.
Namun
jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap
dan hilanglah awan itu. Inilah yang menyebabkan itu awan selalu berubah-ubah
bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan
mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa
hujan.
Bentuk
awan bermacam macam tergantung dari keadaan cuaca dan ketinggiannya. Tapi
bentuk utamanya ada tiga jenis yaitu, yang berlapis-lapis dalam bahasa latin
disebut stratus, yang bentuknya berserat-serat disebut cirrus, dan yang
bergumpal-gumpal disebut cumulus (ejaan Indonesia: stratus, sirus, dan
kumulus).
BAB III
METODELOGI
3.1 Bahan dan alat
-
Anemometer, Windvan dan Alat bantu
3.2 Cara kerja
-
Menetapkan lokasi yang akan diamati,
-
Mengiapkan alat yang akan digunakan,
- Mengamati perubahan cuaca yang terjadi selama 1
hari, dimulai dari jam 06.00 –
18.00 WIB.
- Pengamatan dilakukan setiap 2 jam sekali
- Mencatat hasil pengamatan
- untuk pengamatan awan diamati secara langsung dari
jam 06.00 – 18.00.
- mencatat hasi pengamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Jam
|
KEAWANAN
|
ANGIN
|
|||||
Simbol
|
Kodifikasi
|
Deskripsi
|
Nama awan
|
Arah kecepatan
|
kecepatan
|
Deskripsi
|
|
06.00-08.00
|
|
8/8
|
Tertutup
|
Stratus
|
B à T
|
0
|
Udara terang
|
|
|
|
|
|
|
|
|
08.00-10.00
|
|
1/8
|
Cerah
|
Stratus Cumulus
|
B à T
|
0
|
Udara Terang
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10.00-12.00
|
|
6/8
|
Sangat Berawan
|
Stratus Cumulus
|
T àB
|
7-11
|
Desir sepoi-sepoi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
12.00-14.00
|
|
6/8
|
Sangat Berawan
|
Stratus Cumulus
|
T àB
|
12-19
|
Desir angin
|
|
|
|
|
|
|
|
|
14.00-16.00
|
|
7/8
|
Hampir tertutup
|
Cumulus
|
T àB
|
30-39
|
Desir kuat
|
|
|
|
|
|
|
|
|
16.00-18.00
|
|
7/8
|
Hampir tertutup
|
Cumulus
|
T àB
|
12-19
|
Desir ringan
|
4.2 PEMBAHASAN
Pengamatan dilakukan di sekitar lokasi
danau universitas Bengkulu yang dilakukan mulai dari pukul 06.00-18.00 WIB, ketika
melakukan pengamatan awan yang kami lakukan sekitar pada pukul 16.00-18.00 diketahui bahwa penutupan
langit berada pada deskripsi yaitu hampir tertutup atau disebut awan cumulus
dengan kondisi angin yaitu desir ringan yang bergerak dari timur ke barat .dari
hasil pengamata diketahui bahwa awan sifatnya tidak tetap, awan akan bergerak
kemana saja seiring dengan pergerakan angin. Karena pengaruh angin maka terbentuklah
jenis-jenis awan menurut bentuk yang diciptakan oleh angin. Oleh sebab itu
angin sangat berperan aktif untuk menentukan apakah akan terjadi hujan atau
tidak, sebab awan dikatakan akan hujan bila awan membentuk gumpala-gumpalan
besar yang disusun atau yang dipertemukan oleh angin dari awan yang satu dengan
awan yang lain.
BAB V
KESIMPULAN
Ø Awan terbentuk karena terjadinya pengupan dipermukaan
bumi yang membentuk molekul-molekul kecil, karena pengaruh massa jenis lebih
rendah maka naik ke permukaan atmosfir membentuk gumpalan yaitu awan.
Ø Terjadinya hujan dipengaruhi oleh pergerakan angin
serta suhu udara disekitar permukaan bumi.
Ø Pergerakan awan seiring dengan pergarakan angin,
karena factor cepat lambatnya pergerakan angin maka terbentuklah jenis-jenis
awan menurut gerak angin.
Ø Pergerakan angin berubah-ubah setiap waktunya dalam
artian tidak semua kecepatan angin sama atau bisa saja sama kecepatan apa bila
tidak di pengaruihi oleh perbedaan suhu panas dan suhu dingin.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2010.
Instrumen Klimatologi. http://virgawati. files. wordpress. com/2008/05/ alat2
dibmg. ppt. Diakses pada tanggal 6 November
2012, pukul 13:00 WITA.
Soemeinaboedhy,
Nyoman I,2006.Agroklimatologi.UPT Universitas Mataram: Mataram.
Muin, S Nur.2012.
Penuntun Pratikum Agroklimatologi. Bengkulu: Laboratorium
Agroklimat Universitas Bengkulu
Handoko.1993.Klimatologi Dasar. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
0 komentar:
Posting Komentar