BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suhu adalah tingkat kemampuan benda dalam memberi atau menerima panas.
Suhu seringkali juga dinyatakan sebagai energi kinetis rata-rata suatu benda
yang dinyatakan dalam derajat suhu.
Suhu udara adalah
keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajad
panas disebut termometer. Pengukuran biasa dinyatakan dalam skala Celsius (C),
Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di permukaan bumi adalah
di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub makin dingin.
Suhu tanah merupakan
hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan kombinasi emisi panjang gelombang
dan aliran panas dalam tanah. Suhu tanah juga disebut intensitas panas dalam
tanah dengan satuan derajat Celcius, derajat Fahrenheit, derajat Kelvin dan
lain-lain.
1.2 Tujuan praktikum
Ø Praktikum
ini bertujuan agar mahasiswa mengerti tentang sifat panas dari udara dan tanah.
Mengerti tentang fluktuasi dan sebaran suhu menurut tempat dan waktu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suhu
udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara
atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukur dinyatakan dalam
skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi simuka
bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekoator) dan makin ke kutub semakin
dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa terasa
dingin jika ketinggian semakin bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap
kenaikan bertambah 100 meter maka suhu akan berkurang (turun) rata-rata 0,6 ˚C.
Penurunan suhu semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse
rate. Pada udara kering, lapse rate adalah 1 ˚C. (Benyamin, 1997).
Suhu
tanah mengalami perubahan dari pengembunan secara terus menerus pada kedalaman
yang dangkal di banyak tanah di daerah Alaska yang beku sampai ke Hawai yang
tropis, dimanapun jarang ditemukan suhu tanah dapat mencapai 100o F (37,8o C)
pada hari yang panas sekalipun. Pada kebanyakan permukaan bumi, suhu tanah
harian jarang mengalami perubahan pada kedalaman 20 inchi (51 cm). tapi dibawah
kedalaman tersebut suhu tanah akan mengalami perubahan yang secara lambat
menunjukkan pertambahan derajat suhu sekitar 2o F (Donahue dkk, 1977).
Kebanyakan
tanah memiliki albedo 0,10 sampai 0,15, dan semakin besar tingkatannya maka
akan semakin kering tanah tersebut, dan warna tanah cerah yang dimiliki oleh
albedo yang lebih tinggi dari pada yang rendah akan lebih gelap. Hebatnya lagi,
semakin kecil albedo tanah maka akan semakin besar terjadinya fluktuasi suhu
tanah. Oleh karena itu banyak di daerah bermusim panas menutup tanah dengan
bubuk putih (pengapuran) yang akan mengurangi kemungkinan terjadinya fluktuasi
suhu tanah ke permukaan tanah, dan jika ditutupi dengan bubuk hitam maka akan terjadi
fluktuasi suhu tanah besar-besaran (Wild, 1973).
Suhu
tanah yang rendah dapat mempengaruhi penyerapan air dari pertumbuhan tumbuhan.
Jika suhu tanah rendah, kecil kemungkinan terjadi transpirasi, dan dapat
mengakibatkan tumbuhan mengalami dehidrasi atau kekurangan air. Pengaruh dari
suhu tanah pada proses penyerapan bisa dilihat dari hasil perubahan viskositas
air, kemampuan menyerap dari membran sel, dan aktivitas fisiologi dari sel-sel
akar itu sendiri. Dengan kata lain pada keadaan udara yang panas maka evaporasi
air dari permukaan tanah akan semakin besar (Tisdale and Nelson, 1966).
BAB III
METODELOGI
Ø Bahan dan
Alat
-
Termometer udara,
termometer tanah, termograf,kertas pias, alat peindung,meteran, dan alat tulis
Ø Prosedur
kerja
-
mengambil termometer
dan ditempatkan pada titik pengamatan yang diinginkan
-
tempat yang ukur
adalah diatas permukaan lapangan berumput, dan dibawah pohon
-
titik-titik
pengamatan adalah 5, 75 dn 120 dan suhu tanah 5, 10, 15
-
pengamatan
dilakukan dengan membiarkan termometer ditempat titik pengamatan sekitar 3
menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Ø Suhu udara
jam
|
ketinggian
|
maksimum
|
minimum
|
Rata-rata
(O)
|
06.00-08.00
|
5
|
39
|
17
|
28
|
|
75
|
39
|
16
|
27,5
|
|
120
|
39
|
16
|
27,5
|
08.00-10.00
|
5
|
40
|
23
|
31,5
|
|
75
|
40
|
23
|
31,5
|
|
120
|
40
|
23
|
31,5
|
10.00-12.00
|
5
|
32
|
30
|
31
|
|
75
|
32
|
30
|
31
|
|
120
|
32
|
30
|
31
|
12.00-14.00
|
5
|
33
|
32
|
32,5
|
|
75
|
34
|
32
|
33
|
|
120
|
34
|
32
|
33
|
14.00-16.00
|
5
|
30
|
21
|
25,5
|
|
75
|
32
|
25
|
28,5
|
|
120
|
32
|
25
|
28,5
|
16.00-18.00
|
5
|
31
|
24
|
27,5
|
|
75
|
32
|
25
|
28,5
|
|
120
|
32
|
25
|
28,5
|
Ø Suhu tanah
jam
|
Kedalaman
|
||
5
|
10
|
15
|
|
06.00-08.00
|
26
|
26
|
27
|
08.00-10.00
|
26
|
26
|
26
|
10.00-12.00
|
29
|
29,5
|
30
|
12.00-14.00
|
30
|
30
|
31
|
14.00-16.00
|
32
|
33
|
34
|
16.00-18.00
|
26
|
27
|
27
|
4.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh suhu tanah
tertinggi yaitu sebesar 34o C, yaitu pada kedalaman 15 cm pada
sedangkan pada kedalaman 10 cm suhu tanah tertinggi yaitu sebesar 33 dan pada
kedalaan 5 cm suhu tanah tertinggi adalah 32. Hal ini menunjukkan bahwa
kedalaman tanah sangat mempengaruhi besarnya suhu tanah. Menurut Lakitan (1992)
yang menyatakan bahwa Suhu tanah juga akan dipengaruhi oleh jumlah serapan
radiasi matahari oleh permukaan bumi. Pada siang hari suhu permukaan tanah akan
lebih tinggi dibandingkan suhu pada lapisan tanah yang lebih dalam. Hal ini
juga disebabkan karena permukaan tanah yang akan menyerap radiasi matahari
secara langsung pada siang hari tersebut, baru kemudian panas dirambatkan ke
lapisan tanah yang lebih dalam secara konduksi. Sebaliknya, pada malam hari
permukaan tanah akan kehilangan panas terlebih dahulu, sebagai akibatnya suhu
pada permukaan tanah akan lebih rendah dibandingkan dengan suhu pada lapisan
tanah yang lebih dalam.
Untuk pengukuran
suhu udara lamanya penyinaran matahari membuat tinggi temperatur. Semakin
miring sinar matahari semakin berkurang panasnya. Semakin tinggi tempat semakin
rendah suhunya.
BAB V
KESIMPULAN
Ø Suhu yng berada diudara lebih besar dibanding kan suhu
didalam tanah
Ø Semakin dalam kedalaman tanah maka suhunya semakin
rendah
Ø Suhu udara akan meningkat atau menurun tergatung
lamanya penyinaran dan ringgi rendahnya suatu tempat.
DAFTAR PUSTAKA
Benyamin,
Lakitan. 1997. Klimatologi Dasar. Radja Grafindo Persada. Jakarta.
Donahue, R.L.,
R.W. Miller, and J.C. Shickluna. 1977. Soils An Introduction to Soils and
Plant Growth Fourth Edition.
Prentice Hall Inc, New jersey.
Wild, A. 1973.
Russel’s Soil Condition and Plant Growth Eleventh Edition. Longman
Scientific & Technical, New
york.
Tisdale, S.L.
and W.L. Nelson. 1960. Soil Fertility And Fertilizers. The Macmillan Company,
New york.
0 komentar:
Posting Komentar