Ayu Komala Sari ^^. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Pemecahan Dormansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem pelestarian hidup bagi beberapa spesies yaitu Dormansi benih. Dormansi benih sebagai ketidakmampuan benih hidup berkecambah pada suatu kisaran keadaan yang luas dianggap menguntungkan untuk benih tersebut. Proses Dormansi dapat disebabkan oleh karena tidak mempunyai benih secara total untuk berkecambah atau hanya karena bertambahnya kebutuhan yang khusus untuk perkecambahan. Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan suatu perkecambahan. Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari bahkan beberapa tahun tergantung jenis tanaman dan tipe dari dormansinya atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap bahan tersebut. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua kedaan tersebut. Sebagai contoh kulit biji yang impermeabel terhadap air dan gas sering dijumpai pada benih-benih Leguminosae. Faktor-faktror yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah dimusim dingin, perubahan temperatur yang silih berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilakan zat-zat penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari mikroorganisme. Pemecahan dormansi dan penciptaan lingkungan yang cocok sangat perlu untuk memulai proses perkecambahan beberapa spesies. Perlakuan tergantung pada tipe dormansi yang terlibat (dormansi fisik dan dormansi fisiologi atau dormansi ganda). Perlakuan mencakup skarifikasi, stratifikasi, membiarkan embro dan berbagai kombinasi dari perlakuan-perlakuan ini, dengan pengaturan lingkungan yang cocok. Perkecambahan benih yang mengandung kulit biji yang tidak permeabel dapat dirangsang denagn skarifikasi-pengubahan kulit biji untuk membuatnya menjadi permeabel terhadap gas-gas dan air. Tindakan air panas 77-1000C efektif untuk benih “honey locust”. Beberapa benih dapat diskarifikasi dengan tindakan H2SO4. 1.2 Tinjauan Pustaka Dormansi merupakan kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang mencegah perkecambahan pada waktu yang tidak tepat atau tidak sesuai. Dormansi membantu biji mempertahankan diri terhadap kondisi yang tidak sesuai seperti kondisi lingkungan yang panas, dingin, kekeringan dan lain-lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa dormansi merupakan mekanisme biologis untuk menjamin perkecambahan biji berlangsung pada kondisi waktu yang tepat untuk mendukung pertumbuhan yang tepat. Dormansi bisa diakibatkan karena ketidak mampuan sumbu embrio untuk mengatasi hambatan. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahan. Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya. a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi • Inposed dormancy (quicsence) : terhalang pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan • Imnate dormancy (rest) : dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ biji itu sendiri b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji menurut Sutopo, (1985) • Mekanisme fisik Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri, terbagi menjadi : 1. Mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik 2. Fisik : penyerapan air terganggu karena kulit biji yang immpermeabel 3. Kimia : bagian biji atau buah yang mengandung zat kimia penghambat 4. Dormansi sekunder adalah benih-benih yang pada keadaan normal mampu berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberi cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya. Pematahan Dormansi pada biji untuk mengetahui dan membedakan apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/ kecambah benih yang dormansinya adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat. Dormansi pada biji dapat dipatahkan dengan perlakuan mekanis, cahaya, temperatur dan bahan kimia. Pretreatmen skarifikasi atau perawatan awal pada benih digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji serta mempercepat perkecambahan biji yang seragam. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/ menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas. Melalui perlakuan kimia menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. Selain itu perendaman di dalam air panas juga dapat memudahkan penyerapan air oleh benih. Stratifikasi adalah pemberian temperatur rendah pada keadaan lembab. Stratifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi embryo Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. 1.3 Tujuan percobaan Mematahkan dormansi benih sengon (Albizia falcata) yang disebabkan oleh kondisi kulit biji yang keras dengan perlakuan fisik dan kimiawi. BAB II BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Praktikum Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah biji sengon (Albizia falcata), petridish, dan alat penggosok. 2.2 Metode Praktikum 1. Mengambil 50 Albizia untuk tiap kelompok. Pisahkan 50 biji menjadi 5 bagian, masing-masing berisi 10 biji, dan berikan label A, B, C, D, dan E untuk setiap kelompok yang berisi 10 biji 2. Mengambil semua biji kelompok A, hilangkan semua kulitnya pada bagian yang tidak ada lembaganya, dengan alat gsok (amplas). Kecambahkan biji pada petridish yang telah diberi air 3. Mengambil semua biji kelompok B, rendam selama 5 menit didalam larutan H2SO4 pekat 4. Mengangkat biji dari larutan H2SO4 pekat pada akhir percobaan (setelah 5 menit), cuci dengan aquades sehingga bersih dari residu H2SO4 pekat, dan kecambahkan pada petridish yang sudah diisi air 5. Mengambil semua biji kelompok C, rendam selama 10 menit di dalam larutan H2SO4 pekat. Mengulangi langkah nomor 4 6. Mengambil semua biji kelompok D, rendam selama 15 menit didalam larutan H2SO4 pekat. Ulangi langkah nonor 4 7. Mengambil semua biji kelompok E, kecambahkan pada petridish yang telah diisi air 8. Mengamati kapan benih mulai berkecambah 9. Mencatat pada hari keberapa perkecambahan terjadi,menghitung jumlah kecambah dan mengukur panjang tunas BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil perlakuan Banyak biji yang berkecambah hari ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Penggosokan - - - - 1 1 - - - - H2SO4 5 10 15 20 KONTROL - - - - - - - - - - 3.2 Pembahasan Praktikum Pemecahan dormansi biji sengon ini dilakukan dengan pengosokan dan merendam dalam larutan H2SO4 pekat selama kurang lebih 5 menit,10 menit, dan 15 menit, kemudian diletakkan dalam petridish yang diisi air dan diamati kapan benih mulai berkecambah Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut. Pengosokan yang dilkukan dengan menggunakan amplas pada biji sengon bertujuan untuk melukai atau untuk menhilangkan kulit benih pada biji sengon yang kita ketahui memiliki biji kulit yang sangat keras. Penggosokan ini bertujuan untuk mematahkan dormansi biji sengon akibat kulit benih yang keras, dengan cara melukai bagian kulit benih sebagai jalan masuknya air kedalam benih. Apabila air telah masuk kedalam benih air tersebut dapat merangsang pertumbuhan embrio yang terdapat dalam benih setelah air masuk maka embrio akan membengkak, dengan membengkaknya embrio maka dapat menghancurkan dormancy dari dalam. Pada pengamatan yang kami lakukan benih sengon mulai tumbuh pada hari ke- yang tumbuh pun hanya satu dan pada hari ke- yang berkecambah pun hanya 1. sedangkan pada hari berikutnya biji saga mulai berjamur dan akhirnya busuk dan tidak dapat tumbu lagi. Perendaman Dengan Menggunakan H2SO4 (5’ , 10’ , 15’ , 20’) dan Control. Perendaman biji saga dengan menggunakan H2SO4 memiliki tujuan yang sama halnya dengan penggosokan dengan menggunakan amplas yakni untuk melukai bagian kulit benih agar dapat mematahkan dormancy kulit benih saga yang cukup panjang akibat dari kulit benihnya yang keras dan juga tebal. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009, Fisiologi tumbuhan dormansi pada biji, http:/i-me-myself-ildah.blogspot.com Anonim, 2010, Laporan dormansi dan perkecambahan biji,http:/dwikahenny24.wordpress.com Anonim, 2010 Dormansi, http:/id.wikipedia.org/wiki/Dormansi Salisbury.F., 1985. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar