1. PENDAHULUAN
Erosi adalah proses penggerusan lapis tanah permukaan
yang disebabkan oleh beberapa hal seperti angin, air, es, atau gravitasi. Air
hujan jatuh di atas permukaan tanah akan menumbuk agregat tanah menjadi
partikel-partikel tanah yang terlepas. Partikel-partikel tanah yang terlepas
ini akan terbawa oleh aliran permukaan.
Pada tanah-tanah berlereng, erosi menjadi persoalan yang
serius, dimana kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur lereng yang
berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Kemiringan lereng berpengaruh
terhadap kecepatan aliran permukaan, sehingga memperbesar daya perusakan air.
Jika kecepatan aliran meningkat dua kali, maka jumlah butir-butir tanah yang
tersangkut menjadi 32 kali lipat (Arsjad, 1971). Dan bila panjang lereng
menjadi dua kali lipat, maka umumnya erosi yang terjadi akan meningkat 1,5 kali
(Kohnke dan Bertrand, 1959).
Semakin besar jumlah hujan yang jatuh, maka semakin besar
pula jumlah aliran permukaan yang terjadi, yang berarti daya penghanyutan
partikel-partikel tanah yang terlepas dan daya gerus terhadap permukaan tanah
semakin besar. Ada beberapa cara untuk menangani masalah tersebut, yaitu dengan
cara teknik mekanis, cara vegetasi dan cara penggunaan bahan-bahan pemantap
tanah (cara kimia). Cara teknis mekanis antara lain dapat dilakukan dengan
pembuatan teras, dimana penterasan ini adalah merupakan suatu cara dengan jalan
membuat tanggul-tanggul mendatar dan memotong lereng pada jara-jarak tertentu.
Teras ini berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan
menahan aliran permukaan. Sehingga mengurangi kecepatan aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah serta mengurangi erosi yang terjadi
(Frevert, et al, 1963).
Cara vegetasi merupakan suatu cara dengan menggunakan
tanaman. Bentuk dan susunan vegetasi yang terdiri dari tanaman yang tumbuh
rendah lebih efektif dari pada tanaman yang tumbuh tinggi. Jumlah atau kerapatan vegetasi akan menentukan persen
penutupan tanah oleh tajuk. Vegetasi yang tumbuh tersebar merata dan menutup
permukaan tanah dengan baik, dapat memenuhi fungsinya sebagai penutup tanah
(Baver, 1961).
2.
TUJUAN
Ø Menghitung jumlah erosi yang terjadi pada beberapa
tipe vegetasi
Ø Membandingkan jumlah erosi yang terjadi pada beberapa
tipe vegetasi
3. OBYEK
PRAKTIKUM
Pengukuran erosi di bawah vegetasi penutup tanah pada
berbagai tempat
4. BAHAN DAN
ALAT
Meteran, Cangkul, Ring sampel, dan Pisau lapang
5. PROSEDUR
KERJA
Ø Menentukan jenis vegetasi penutup tanah: hutan dataran, hutan di
lereng, semak belukar, alang-alang atau rumput, dan tanah gundul.
Ø Mengukur ketebalan tanah top soil pada masing-masing tipe vegetasi
termasuk tanah gundul tersebut pada point 1. Catat datanya pada lembar kerja 4
Ø Mencatat perkiraan kemiringan lereng yang diukur menggunakan alat
tipe A dan perkuraan masing-masing luas vegetasi tersebut pada point 1. Catat
data pada lembar kerja 4.
Ø Menghitung selisih ketebalan tanah top soil pada setoiap tipe
vegetasi dengan tanah top soil pada lahan hutan yang datar. Catat datanya pada
lembar 4. jika ketebalannya tanah top soil pada lahan vegetasi hutan dataran
> dari tipe vegetasi lahan yang lain berarti terjadi erosi pada tipe
vegetasi lahan lainnya itu, jika angka negatif kemungkinan ada penimbunan hasi
erosi.
Ø Mengambil contoh tanah ring sampel pada tanah lahan vegetasi hutan
yang datar untuk penetapan BV tanah di
labiratorium.
Ø Menghitung tanah yang hilang akibat erosi pada tanah di setiap
tipe vegetasi lahan, cara menghitungnya dapat dengan rumus:
Ei = (Xhd – Yi) ´ BV ´ 1 ha
Ei : Kehilangan tanah akibat erosi pada lahan tipe vegetasi
ke-i (ton/ha)
Xhd : Ketebalan top soil tanah lahan tipe vegetasi hutan dataran
(cm)
Yi : Ketebalan top soil tanah lahan tipe vegetasi ke-i (cm)
BV : Berat volume (g/cm2)
6. HASIL
No
|
Tipe
Vegetasi
|
Kelas kemiringan lereng
|
Sudut lereng (%)
|
Tebal top
soil hutan datar (cm)
|
Selisih top
soil tipe vegetasi (cm)
|
Jumlah Erosi (ton/ha)
|
1
|
Hutan di datar
|
3
|
0
|
7
|
0
|
0
|
2
|
Hutan di lereng
|
3
|
13.7
|
6
|
1
|
|
3
|
Semak belukar
|
5
|
16.13
|
4
|
3
|
|
4
|
Rumput/alang-alang
|
3
|
0.06
|
6
|
1
|
|
5
|
Tanah bara/gundul
|
4
|
12.09
|
0
|
7
|
|
7. PEMBAHASAN
Erosi
dapat juga disebut pengikisan atau kelongsoran sesungguhnya merupakan proses
penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang
berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan atau perbuatan
manusia. hasilnya
yang dapat dilihat pada
tabel hasil pengamatan bahwa lahan dengan vegetasi hutan dataran, padang rumput
yang rapat dan tanah bera/gundul
mencerminkan erosi paling rendah bahkan erosi mendekati nol, semak belukar yang
jarang jadi indicator intensitas erosi lebih besar dari pada hutan lereng.
Pengukuran erosi di bawah vegetasi penutup tanah merukan suatu metode untuk
mengetahui kehilangan tanah akibat erosi yang terjadi pada suatu lapisan
permukaan tanah yang tertutup oleh vegetasi penutup tanah.
Pada lereng tersebut masih terjadi pengikisan tanah dan tidak
terjadipenumpukan betir tanah yan didawa aliran permukaan. Pada semak belukar
masih terjadi erosi namun tidak begtu besar karena pada lahan ini masih
terdapat vegetasi yang menutupi lahan meskupun belum menutupi lahan sepenuhnya.
Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan tempat pada waktu melakukan pengukuran
sehingga kemiringan lerengnya juga berbeda, vegetasi penutup tanahnya, pengaruh
curah hujan (iklim), tanah, topografi serta kegiatan atau perlakuan-perlakuan
yang dilakukan oleh manusia dari lahan tersebut. Akibat pengaruh-pengaruh
tersebut gangguan atau kerusakan tanah akan berlangsung melalui erosi ataupun
kelongsoran-kelongsoran tanah, terhanyutnya lapisan-lapisan tanah yang subur
(humus) dan lain sebagainya.
Dan pada lahan rumput/alang-alang sama halnya seperti hutan di
lereng yaitu erosi yang terjadi sangat kecil karena seluruh permukaan tanah
dapat tertutupi oleh alang alang dan akar/rizoma alang-alang dapat menghalangi
aliran permukaan tanah. Sedangkan pada lahan hgundul erosi yang terjadi cukup
besar karena tidak terdapat vegetasi yang menutupi lahan tersebut.
8. KESIMPULAN
Ø Erosi dapat juga disebut pengikisan atau kelongsoran
sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau
kekuatan air dan angin
Ø Pengukuran erosi di bawah vegetasi penutup tanah merukan
suatu metode untuk mengetahui kehilangan tanah akibat erosi yang terjadi pada
suatu lapisan permukaan tanah yang tertutup oleh vegetasi penutup tanah.
Ø Dalam praktikum pengukuran erosi pertama-tama terlebih
dahulu menentukan jenis vegetasi penutup tanah yaitu hutan di dataran, hutan di
lereng, semak belukar, rumput/alang-alang, dan tanah bera/gambut untuk dihitung
seberapa besar erosi di tempat-tempat tersebut dan diperkirakan besar luas
tempat tersebut (ha), besar/persen kemiringannya, tebal top soil, selisih top
soil.
Ø Usaha untuk mencegah dan atau mengendalikan erosi ini,
hendaknya diperhatikan beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya erosi,
seperti antara lain factor iklim, tanah, bentuk wilayah (topografi), vegetasi
penutup tanah dan kegiatan manusia.
9. SARAN
Sebaiknya praktikan melakukan pengukuran dengan teliti
dan dapat membedakan lapisan topsoil dan subsoil secara benar sehingga data
yang diperoleh akurat
10. DAFTAR
PUSTAKA
A.K. Seta. 1987. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia, Jakarta.
Kartasapoetra, G ., A.G. Kartasapoetrra, dan M.M.
Sutedjo. 1987. Teknologi
Konservasi Tanah dan Air. Bina
Aksara, Jakarta.
Saleh, B. 2011. Petunjuk Praktikum Ilmu Konservasi Tanah
dan Air. Fakultas
Pertanian
Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Seta, A.K. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah dan Air. Jakarta:
Kalam Mulia.
Yuwono. 2004. Pengukuran dan Pemetaan Kota. Program studi Teknik
Geodasi ITS
Surabaya
0 komentar:
Posting Komentar