Pengukuran Erosi Dibawah Vegetasi Penutup Tanah
23.47 |
Label:
Lap Konservasi Tanah dan Air
1. PENDAHULUAN
Erosi adalah proses penggerusan lapis tanah permukaan
yang disebabkan oleh beberapa hal seperti angin, air, es, atau gravitasi. Air
hujan jatuh di atas permukaan tanah akan menumbuk agregat tanah menjadi
partikel-partikel tanah yang terlepas. Partikel-partikel tanah yang terlepas
ini akan terbawa oleh aliran permukaan.
Pada tanah-tanah berlereng, erosi menjadi persoalan yang
serius, dimana kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur lereng yang
berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Kemiringan lereng berpengaruh
terhadap kecepatan aliran permukaan, sehingga memperbesar daya perusakan air.
Jika kecepatan aliran meningkat dua kali, maka jumlah butir-butir tanah yang
tersangkut menjadi 32 kali lipat (Arsjad, 1971). Dan bila panjang lereng
menjadi dua kali lipat, maka umumnya erosi yang terjadi akan meningkat 1,5 kali
(Kohnke dan Bertrand, 1959).
Semakin besar jumlah hujan yang jatuh, maka semakin besar
pula jumlah aliran permukaan yang terjadi, yang berarti daya penghanyutan
partikel-partikel tanah yang terlepas dan daya gerus terhadap permukaan tanah
semakin besar. Ada beberapa cara untuk menangani masalah tersebut, yaitu dengan
cara teknik mekanis, cara vegetasi dan cara penggunaan bahan-bahan pemantap
tanah (cara kimia). Cara teknis mekanis antara lain dapat dilakukan dengan
pembuatan teras, dimana penterasan ini adalah merupakan suatu cara dengan jalan
membuat tanggul-tanggul mendatar dan memotong lereng pada jara-jarak tertentu.
Teras ini berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan
menahan aliran permukaan. Sehingga mengurangi kecepatan aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah serta mengurangi erosi yang terjadi
(Frevert, et al, 1963).
Cara vegetasi merupakan suatu cara dengan menggunakan
tanaman. Bentuk dan susunan vegetasi yang terdiri dari tanaman yang tumbuh
rendah lebih efektif dari pada tanaman yang tumbuh tinggi. Jumlah atau kerapatan vegetasi akan menentukan persen
penutupan tanah oleh tajuk. Vegetasi yang tumbuh tersebar merata dan menutup
permukaan tanah dengan baik, dapat memenuhi fungsinya sebagai penutup tanah
(Baver, 1961).
2.
TUJUAN
Ø Menghitung jumlah erosi yang terjadi pada beberapa
tipe vegetasi
Ø Membandingkan jumlah erosi yang terjadi pada beberapa
tipe vegetasi
3. OBYEK
PRAKTIKUM
Pengukuran erosi di bawah vegetasi penutup tanah pada
berbagai tempat
4. BAHAN DAN
ALAT
Meteran, Cangkul, Ring sampel, dan Pisau lapang
5. PROSEDUR
KERJA
Ø Menentukan jenis vegetasi penutup tanah: hutan dataran, hutan di
lereng, semak belukar, alang-alang atau rumput, dan tanah gundul.
Ø Mengukur ketebalan tanah top soil pada masing-masing tipe vegetasi
termasuk tanah gundul tersebut pada point 1. Catat datanya pada lembar kerja 4
Ø Mencatat perkiraan kemiringan lereng yang diukur menggunakan alat
tipe A dan perkuraan masing-masing luas vegetasi tersebut pada point 1. Catat
data pada lembar kerja 4.
Ø Menghitung selisih ketebalan tanah top soil pada setoiap tipe
vegetasi dengan tanah top soil pada lahan hutan yang datar. Catat datanya pada
lembar 4. jika ketebalannya tanah top soil pada lahan vegetasi hutan dataran
> dari tipe vegetasi lahan yang lain berarti terjadi erosi pada tipe
vegetasi lahan lainnya itu, jika angka negatif kemungkinan ada penimbunan hasi
erosi.
Ø Mengambil contoh tanah ring sampel pada tanah lahan vegetasi hutan
yang datar untuk penetapan BV tanah di
labiratorium.
Ø Menghitung tanah yang hilang akibat erosi pada tanah di setiap
tipe vegetasi lahan, cara menghitungnya dapat dengan rumus:
Ei = (Xhd – Yi) ´ BV ´ 1 ha
Ei : Kehilangan tanah akibat erosi pada lahan tipe vegetasi
ke-i (ton/ha)
Xhd : Ketebalan top soil tanah lahan tipe vegetasi hutan dataran
(cm)
Yi : Ketebalan top soil tanah lahan tipe vegetasi ke-i (cm)
BV : Berat volume (g/cm2)
6. HASIL
No
|
Tipe
Vegetasi
|
Kelas kemiringan lereng
|
Sudut lereng (%)
|
Tebal top
soil hutan datar (cm)
|
Selisih top
soil tipe vegetasi (cm)
|
Jumlah Erosi (ton/ha)
|
1
|
Hutan di datar
|
3
|
0
|
7
|
0
|
0
|
2
|
Hutan di lereng
|
3
|
13.7
|
6
|
1
|
|
3
|
Semak belukar
|
5
|
16.13
|
4
|
3
|
|
4
|
Rumput/alang-alang
|
3
|
0.06
|
6
|
1
|
|
5
|
Tanah bara/gundul
|
4
|
12.09
|
0
|
7
|
|
7. PEMBAHASAN
Erosi
dapat juga disebut pengikisan atau kelongsoran sesungguhnya merupakan proses
penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang
berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan atau perbuatan
manusia. hasilnya
yang dapat dilihat pada
tabel hasil pengamatan bahwa lahan dengan vegetasi hutan dataran, padang rumput
yang rapat dan tanah bera/gundul
mencerminkan erosi paling rendah bahkan erosi mendekati nol, semak belukar yang
jarang jadi indicator intensitas erosi lebih besar dari pada hutan lereng.
Pengukuran erosi di bawah vegetasi penutup tanah merukan suatu metode untuk
mengetahui kehilangan tanah akibat erosi yang terjadi pada suatu lapisan
permukaan tanah yang tertutup oleh vegetasi penutup tanah.
Pada lereng tersebut masih terjadi pengikisan tanah dan tidak
terjadipenumpukan betir tanah yan didawa aliran permukaan. Pada semak belukar
masih terjadi erosi namun tidak begtu besar karena pada lahan ini masih
terdapat vegetasi yang menutupi lahan meskupun belum menutupi lahan sepenuhnya.
Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan tempat pada waktu melakukan pengukuran
sehingga kemiringan lerengnya juga berbeda, vegetasi penutup tanahnya, pengaruh
curah hujan (iklim), tanah, topografi serta kegiatan atau perlakuan-perlakuan
yang dilakukan oleh manusia dari lahan tersebut. Akibat pengaruh-pengaruh
tersebut gangguan atau kerusakan tanah akan berlangsung melalui erosi ataupun
kelongsoran-kelongsoran tanah, terhanyutnya lapisan-lapisan tanah yang subur
(humus) dan lain sebagainya.
Dan pada lahan rumput/alang-alang sama halnya seperti hutan di
lereng yaitu erosi yang terjadi sangat kecil karena seluruh permukaan tanah
dapat tertutupi oleh alang alang dan akar/rizoma alang-alang dapat menghalangi
aliran permukaan tanah. Sedangkan pada lahan hgundul erosi yang terjadi cukup
besar karena tidak terdapat vegetasi yang menutupi lahan tersebut.
8. KESIMPULAN
Ø Erosi dapat juga disebut pengikisan atau kelongsoran
sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau
kekuatan air dan angin
Ø Pengukuran erosi di bawah vegetasi penutup tanah merukan
suatu metode untuk mengetahui kehilangan tanah akibat erosi yang terjadi pada
suatu lapisan permukaan tanah yang tertutup oleh vegetasi penutup tanah.
Ø Dalam praktikum pengukuran erosi pertama-tama terlebih
dahulu menentukan jenis vegetasi penutup tanah yaitu hutan di dataran, hutan di
lereng, semak belukar, rumput/alang-alang, dan tanah bera/gambut untuk dihitung
seberapa besar erosi di tempat-tempat tersebut dan diperkirakan besar luas
tempat tersebut (ha), besar/persen kemiringannya, tebal top soil, selisih top
soil.
Ø Usaha untuk mencegah dan atau mengendalikan erosi ini,
hendaknya diperhatikan beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya erosi,
seperti antara lain factor iklim, tanah, bentuk wilayah (topografi), vegetasi
penutup tanah dan kegiatan manusia.
9. SARAN
Sebaiknya praktikan melakukan pengukuran dengan teliti
dan dapat membedakan lapisan topsoil dan subsoil secara benar sehingga data
yang diperoleh akurat
10. DAFTAR
PUSTAKA
A.K. Seta. 1987. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia, Jakarta.
Kartasapoetra, G ., A.G. Kartasapoetrra, dan M.M.
Sutedjo. 1987. Teknologi
Konservasi Tanah dan Air. Bina
Aksara, Jakarta.
Saleh, B. 2011. Petunjuk Praktikum Ilmu Konservasi Tanah
dan Air. Fakultas
Pertanian
Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Seta, A.K. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah dan Air. Jakarta:
Kalam Mulia.
Yuwono. 2004. Pengukuran dan Pemetaan Kota. Program studi Teknik
Geodasi ITS
Surabaya
Menghitung Indeks Erodibilitas Tanah, K
23.45 |
Label:
Lap Konservasi Tanah dan Air
1. PENDAHULUAN
Erosi tanah adalah
penyingkiran dan pengangkutan bahan dalam bentuk larutan atau suspensi dari
tapak semula oleh pelaku berupa air mengalir (aliran limpasan), es bergerak
atau angin (tejoyuwono notohadiprawiro, 1998: 74). Menurut G. kartasapoetra,
dkk (1991: 35), erosi adalah pengikisan atau kelongsoran yang sesungguhnya
merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan angin
dan air, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan
atau perbuatan manusia. Pemindahan atau pengangkutan tanah tersebut terjadi
oleh media alami berupa air dan angina. Misalnya erosi di daerah beriklim
basah, factor yang berperan penting adalah air sedangkan angina tidak berarti.
Dua sebab utama
terjadinya erosi adalah karena sebab alamiah dan aktivitas manusia. Erosi
alamiah dapat terjadi karena adanya pembentukan tanah dan proses yang terjadi
untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Sedangkan erosi karena
aktivitas manusia disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas
akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi
tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah (chay
asdak, 1995: 441). Lebih lanjut tentang terjadinya erosi dikemukakan oleh G.R.
foster & L.D. meyer, yaitu menjelaskan bahwa erosi akan meliputi
proses-proses: detachment atau pelepasan partikel-partikel tanah transportation
atau penghanyutan partikel-partikel tanah deposition atau pengendapan
partikel-partikel tanah yang telah dihanyutkan (dalam G. kartasapoetra, dkk,
1991: 41).
Erosi adalah
pengikisan atau kelongsoran material yang sesungguhnya merupakan proses
penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin baik yang
berlangsung secara alamiah maupun sebagai akibat tindakan atau perbuatan
manusia (Kartasapoetra dan Sutedjo,1991).
Erosi alami atau
erosi geologi merupakan proses pengikisan yang berjalan lambat dan tidak
membahayakan. Kerusakan erosi yang hebat terjadi ketika manusia atau
faktor-faktor lain merusak keseimbangan alami dan tanah yang terbuka menjadi
mangsa kekuatan perusak hujan, angin dan sinar matahari. Faktor-faktor penyebab
erosi yang sangat beragam tersebut menyebabkan prediksi mengenai laju erosi dan
sedimentasi yang terjadi di lahan sangat sulit untuk dilaksanakan.
2.
TUJUAN
Ø
Untuk menghitung indeks erodibilitas tanah beberapa sifat tanah dengan
rumus K dan nomograf
Ø
Untuk membandingkan nilai indeks erodibilitas tanah dari beberapa tipe tanah.
Ø
Untuk membandingkan hasil perhitungan indeks erodibilitas tanah antara
rumus K dan nomograf
3. OBYEK
PRAKTIKUM
Menghitung indeks erodibilitas tanah dan K dengan
rumus K dan nomograf
4. BAHAN DAN
ALAT
Data analisis sifat tanah (Tabel 6.2, table 6.3), Nomograf
(gambar 6), Kalkulator, Mistar, Kertas
double folio, dan alat tulis.
5. PROSEDUR
KERJA
Menghitung
indeks erodibilitas tanah dengan rumus K
Ø Dengan menggunakan data dari table 6.1, hitung indeks tekstur
tanah (M) dan memasukkan datanya ke kolom 2 pada lembar kerja 6.
Ø Pindakan data kadar bahan organic, kelas struktut, kelas
permeabilitas pada table 6.2 berturut-turut ke dalam kolom 3, 4, 5 di lembar
kerja 6.
Ø Dengan menggunakan rumus persamaan k dan data di dalam lembar
kerja 6, hitung indeks K dan masukkan datanya ke dalam kolom 7 pada lembar
kerja 6.
Menghitung indeks erodibilitas tanah dengan menggunakan nomograf
(gambar 6.1) dan data hasil analisis sifat-sifat tanah (table 6.1 dan table
6.2).
Ø Gunakan gamber 6.2 dan data pada table 6.1 dan table 6.2, lalu
tentukan letak titik kadar debu + pasir sangat halus (0,00 – 0,1 mm) di sumbu
tegak sebelah kiri dari gambar 6.1.
Ø Tarik garis mendatar ka kanan dari titik pada
point 1 di atas hingga memotong kurva kadar pasir.
Ø Dari titik perpotongan bahan organic tarik
garis datar ke kanan hingga memotong kurva struktur.
6. HASIL
No
|
Indeks
tekstur
(M)
|
Kadar
BO
(%)
|
Kelas
Struktur
|
Kelas
Permeabilitas
|
K
|
|
Rumus
|
Nomograf
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
1
|
3200
|
3,5
|
3
|
3
|
0,45
|
0,209
|
2
|
3375
|
3,0
|
3
|
3
|
0,44
|
0,231
|
3
|
1700
|
2,5
|
2
|
2
|
0,21
|
0,071
|
4
|
1200
|
2,0
|
2
|
2
|
0,11
|
0,042
|
5
|
1200
|
4,5
|
2
|
2
|
0,11
|
0,050
|
6
|
900
|
4,0
|
2
|
3
|
0,16
|
0,038
|
7
|
750
|
4,5
|
4
|
4
|
0,21
|
0.119
|
8
|
400
|
5,0
|
4
|
4
|
0,18
|
0,103
|
9
|
300
|
4,5
|
4
|
4
|
0,5
|
0,100
|
10
|
700
|
4,0
|
4
|
4
|
0,17
|
0,117
|
7. PEMBAHASAN
Dari
praktikum ini diperlukan ketelitian yang sangat tinggi dalam pengamatan untuk
kertas nomograf agar tercapai nilai yang minimal mendekati dari nilai yang
tertera pada hasil perhitungan. Namun, dalam penggunaannya peneliti lebih
mengacu pada kertas nomograf karena dianggap lebih simple dari pada dengan
menggunakan perhitungan. Metode perhitungan dengan menggunakan rumus hanya
dijadikan sebagai acuan saja.
Hal
ini disebabkan karena kurang telitinya praktikan dalam pengamatan terhadap
kertas nomograf, sehingga nilai yang tertinggi tidak sama dengan nilai
tertinggi pada perhitungan dengan menggunakan rumus, namun demikian pada
pengamatan kertas nomograf ke dua itu juga merupakan nilai yang tinggi karena
hanya berbeda 0,01 poin pengamatan pada kertas nomograf pertama. Dapat kita
lihat pada data terendah dari hasil praktikan lakukan, dapat dikatakan bahwa
indeks erodibilitas tanah yang terendah terletak pada tempat yang sama, yaitu
pada posisi perhitungan dan pengamatan ke enam. Sedangkan untuk yang indeks
erodibilitas yang tertinggi, terletak pada daerah yang sedikit berbeda, yaitu
jika pada pengamatan nomograf terletak pada posisi pengamatan pertaman sedang
pada perhitungan indeks erodibilitas tanah terdapat pada posisi kedua. Dari
data tersebut dapat praktikan simpulkan bahwa meskipun sedikit berbeda, tapi
antara penggunaan kertas nomograf dan dengan menggunaan perhitungan rumus bias
dikatakan mendekati sama, tergantung pada ketelitian peneliti itu sendiri
khususnya dalam penerapan indeks erodibilitas tanah terutama dengan menggunakan
kertas nomograf
Nilai permeabilitas menunjukkan kemampua tanah untuk melewatkan
atau meresap air yang jatuh ke permukaan tanah. Jika tanah mampu menyerap air,
maka tidak terjadi aliran permukaan yang dapat menyebabkan erosi, atau paling
tidak dapat menekan laju erosi hingga kandungan tanah menjadi lebih jenuh. Jika
diperhatikan lebih lanjut, terdapat tanah lain yang memiliki tekstur tanah yang
lebih halus, yaitu kategori granular halus. Logikanya, semakin halus partikel
tanah, maka kemampuannya untuk terkena erosi semakin besar. Akan tetapi setelah
dilakukan perhitungan dengan kedua metode, nilai indeks erodibilitasnya masih
kecil dibanding nilai sebelumnya yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena
nilai laju permeabilitasnya yang lebih besar.
8. KESIMPULAN
Ø
Perhitungan
Indeks erodibilitas tanah dengan menggunakan metode kertas nomograf dan
perhitungan K memiliki nilai yang mendekati sama.
Ø
Nilai erodibilitas
tanah dari berbagai sifat tanah berbeda
Ø
Indeks erodibilitas
tanah (K) merupakan besaran tanpa satuan dan merupakan ukuran yang
menggambarkan besarnya kepekaan tanah terhadap erosi
Ø
Semakin besar kepekaan
tanah terhadap erosi semakin besar nilai indeks erodibilitas tanah, sebaliknya
semakin kecil indeks faktor erodibilitas tanah semakin kecil kepekaan tanah
terhadap erosi atau semakin tahan tanah terhadap erosi semakin kecil
Ø
Faktor dominan
sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi
Ø
Kepekaan tanah terhadap
erosi ditentukkan oleh : tekstur, struktur, kadar bahan organik, dan
permeabilitas
9. SARAN
Untuk acara 6 ini yaitu acara Menghitung indeks erosivitas tanah semestinya coass lebih menjelaskan
lebih detail sehingga kami mahasiswa dapat lebih memahami bagaimana cara
menghitung indeks erosivitas curah hujan yang benar.
10. DAFTAR
PUSTAKA
Asbuma, Jumia. 2008. Erosi Tanah.http://meeya-asbuma.blogspot.com/2008/11/erosi-
tanah.html. di unduh pada 27 Nov 2012
Bahtiar, Dian. 2008. Kajian Erodibilitas Tanah di
Kecamatan Pakem Kabupaten
Irmansyah, T. 2008. Hubungan Antara Fraksi-Fraksi Besi,
Aluminium Dan Silikat
Dengan
Erodibilitas Tanah Dan Erosi Pada Lahan Kering. http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=com_journals&id=19&type=19&task=hsub.
di unduh pada 27 Nov 2012
Lifah, Muntho. 2006. Karakteristik Sifat Fisik dan Indeks
Erodibilitas Tanah di
Bawah Beragam Tegakan di Kawasan Hutan Lindung Bukit Daun. http://www.bdpunib.org. di unduh pada 27 Nov 2012
Miswaryanti, Lutfia. 2008. Kajian Erosivitas Hujan Bulanan dan
Hubungannya
dengan Aliran Permukaan serta Erosi di Laboratorium Lapangan
Konservasi
Nov 2012
Langganan:
Postingan (Atom)